HN

Pages

Tuesday, August 16, 2016

Pengisi Daya

       Menulis cerita singkat ditemani singkatnya daya laptop yang hanya tersisa beberapa persen menjelang dayanya lenyap,berharap ada pengisi daya yang menolongnya,bagai turunnya air hujan yang membasahi bumi setelah sekian lama dilanda musim kemarau. Mirip kisahku sekarang,bedanya saya seakan memiliki banyak daya tapi merasa tidak punya. Entahlah saya juga tidak tahu penyebabnya,diri yang selama ini seakan mengabaikan kisah asmara yang katanya tidak usah dipentingkan tapi kok saya merasa bahwa itulah daya yang saya cari.Mungkin anggapan itu terkena hembusan kenangan yang lewat,bagaimana kisah yang dulu sempat ada namun seiring berlalunya hembusan itu,kisah itupun hilang hanya tinggal kenangan yang ideal untuk dilupakan. Nampaknya tulisan saya kali ini tidak menjurus ke inti masalah,namun lebih kepada kalimat yang saya anggap indah pada saat ini dan bisa jadi yang pembaca anggap kalimat alay.
       Tenang itu cuma pembuka kok,karena berbicara tentang daya pikiran saya langsung terarah kepada kisah yang lalu. Saat jadi jomblo baru beberapa tahun lalu,saya sangat menikmati kesendirian (anggaplah daya menikmati kesendirian itu masih full) Tapi seiring bergantinya hari,saya bosan juga menikmati kesendirian. Cepat bosan? Tidak,saya butuh waktu lebih 2 tahun untuk menghabiskan daya untuk menikmati kesendirian,namun daya itu mulai habis. Seakan menemui aliran listrik yang siap untuk mengisi daya,Dia yang saya sukai dan yang akan jadi pengisi daya,ternyata tidak semudah itu menjadi charger kesepian saya. Butuh usaha yang sedemikian rupa untuk menjadikannya pengisi daya. Saya heran kenapa kebanyakn perempuan yang saya kenal susah untuk dipahami? Hal itu saya alami pada perempuan spesial saya kali ini.
       Kalau dipikir sih,memang susah untuk menjadikannya pacar karena pikirannya mungkin lebih kepada anggapan orang disekelilingnya apabila saya menjadikannya pacar. Apakah usaha saya kurang maksimal? Saya sudah melakukan banyak cara untuk mewujudkan harapan saya,namun tetap saja jalan ditempat. Kami menikmati hubungan kami dititik teman,tidak lebih. Apabila saya mulai membahas masalah hubungan,Dia biasanya mengalihkan dan seakan tidak mau *Bukan seakan sih,tapi memang tidak mau. Karena yang pemaksa kemungkinan tidak dapat apa-apa saya coba dengan cara yang cukup mengambil waktu,tahapan pendekatan yang ujung-ujungnya menghasilkan yang sama. Ah nikmati hubungan teman sajalah, kan kalau teman bisa bebas tanpa ikatan. Bebas menceritakan masalah,bebas mengejek,pokoknya bebas dalam artian positif :D Malam ini terasa spesial,karena yang menghubungi saya lebih dulu adalah Dia,kan biasanya saya saya yang  hubungi dulu,sambil berharap bisa mendekatkan hubungan saya menikmati betul pembahasan kami. Dan yang sering membuat saya tidak enak,saat Dia membahas sesuatu yang harusnya tidak dibahas,salah satunya adalah masalah mantan -_-
       Selama kami masih sendiri,komunikasi layaknya daya yang mengisi kekosongan satu sama lain. Biarlah daya ini mengisi kekosongan,sambil menunggu datangnya pengisi daya yang memberikan daya spesial hanya untuk satu tempat daya. Saya harap pengisi dayanya adalah Dia yang datang dan pergi mengisi kekosongan kemudian menjadi pengisi kekosongan yang colokan dayanya hanya cocok untuk saya,tidak dengan yang lain :D heheh  

0 comments:

Post a Comment